AKHIR YANG PANAS

10 ribu orang dari seluruh penjuru dunia hari ini mengakhiri konferensi PBB mengenai perubahan iklim di Bali, ribuan organisasi mengadakan berbagai macam workshop, diskusi, seminar, dan aksi protes. Ribuan delegasi juga melakukan pertemuan2 negoisasi mengenai perubahan iklim dengan liputan dari ribuan media penjuru dunia, para tokoh2 politik dunia pun sibuk membuat image terbaiknya dan pemerintah Indonesia yang tidak jelas arahnya hanya ingin menjadi tuan rumah yang baik saja. Segala riuh rendah suara2 di areal konferensi UNFCCC Bali ini akan menjadi langkah kedepan dalam hal kebijakkan mengenai pemanasan global yang semakin hari kondisinya semakin terlihat nyata didepan mata.

Kondisi pulau Bali yang panas belakangan ini membuat suhu diskusi didalam area sidang juga berlangsung panas. Negoisasi2 didalam ruangan sidang antar negara dalam group SBI maupun SBTA banyak mengeluarkan keputusan2 buntu atau alias deadlock sehingga mengecewakan banyak pihak. Negara2 maju masih tetap ingin mempertahankan pendapat mereka untuk tidak ingin mentransfer teknologi kepada negara2 berkembang secara utuh dan Amerika Serikat tetap tidak ingin menanda tangani protokol kyoto. Para delegasi Indonesia pun tampak kebingungan dengan frame pemikiran apa yang bisa dituangkan dalam konferensi ini, namun yang jelas mereka (para delegasi indonesia) cukup senang dengan disepekatinya kompensasi dana untuk negara2 bekembang dalam rangka menyelamatkan perubahan iklim. Kondisi panas dalam ruang sidang juga berasa hingga keluar hal ini bukan karena udara Bali yang panas namun juga aktifnya organisasi2 sipil dan gerakan sosial dalam menyuarakan pendapatnya untuk keadilan iklim untuk semua khususnya orang2 miskin bukan keadilan untuk orang2 kaya yang memanipulasi pertemuan ini untuk mencari keuntungan semata. Forum2 sipil banyak diadakan dari mulai CSO (Civil Soceity Forum), Forum People's protocol, Forum our world not for sale, dan WSF ( World Social Forum) meeting asia. Setiap hari juga berlangsung aksi disekitar areal pertemuan konferensi yang pada intinya kesemuanya meminta agar terwujudnya keadilan alam dan iklim untuk semua dan menyerukan kepada negara2 maju untuk menjadikan arah pertemuan ini benar2 untuk penyelamatan lingkungan bukan menyelamatkan pengusaha. Suara rakyat diluar pertemuan UNFCCC merupakan suara murni yang perlu didengar dan dilakukan sesegera mungkin. Penjagaan yang super ketat juga tidak dapat menyelamatkan keadaan bumi ini, pengamanan buat para politikus dunia yang berlebihan juga tidak dapat menjawab itu. Banyaknya ketidak sepakatan dalam forum ini membuat langkah menuju kesepakatan paska protokol kyoto pada tahun 2012 akan sedikit terhambat apalagi dua tahun lagi tepatnya pada tahun 2009 akan berlangsung pertemuan COP 15 di Kopenhagen Denmark dimana kesepakatan protokol baru akan terjadi. Pertemuan Bali sebenarnya merupakan langkah awal untuk menyepakati draft pertemuan dua tahun mendatang tersebut tapi dari panasnya pertemuan saat ini membuat masyarakat sipil semakin dapat melihat secara jelas bahwa pertemuan UNFCCC kali ini memiliki nilai ketidakadilan dalam hal perubahan iklim bagi rakyat miskin, masyarakat adat, buruh, dan pemuda. Berakhirnya pertemuan Bali mengenai perubahan iklim kali ini membuat pelajaran buat semua pihak bahwa isu pemanasan global harus diikuti setiap saat sebab ini merupakan hal yang nyata didepan mata jangan sampai pertemuan UNFCCC menjadi ajang dagang baru bagi Kapitalisme untuk memuluskan jalan Neoliberalisme. Selamat jalan UNFCCC Bali our struggle still continue...

No comments: